|
Add caption |
Kenakalan Remaja
Pada
jaman sekarang,di era globalisasi, banyak hal yang berubah. Pergaulan
remaja adalah contoh kecil dari sekian banyak akibat dari
globalisasi.Pergaulan remaja sudah tidak ada batasnya. Banyak remaja
yang melakukan hal-hal yang sangat merugikan dirinya dan orang lain.
Ada 3 hal yang menyebabkan kenakalan remaja bisa terjadi
o Keluarga
o Pergaulan
o Remaja itu sendiri
1. Keluarga
Keluarga
merupakan hal yang paling pertama dalm mencegah pergaulan remaja yang
tidak baik.Contohnya saja bagimana kondisi keluarga tersebut atau cara
mendidik orang tua terhadapa anaknya.Kelurga yang broken home bisa
menyebabkan anak menjadi nakal karena dia tidak betah melihat kondisi
keluarganya.Keluarga merupakan hal yang paling penting, karena dari
sanalah anak dapat mengerti bagaimana pentingya arti kasih saying.Cara
mendidik orang tua juga berperan dalam hal ini,ketika orang tua
otoriter, maka yang kita sebut sebagai kenakalan remaja akan muncul
dalam artian ingin memberontak. Sementara kalo ortu permisif, remaja
malah akan mencari-cari perhatian dengan segala tingkah lakunya yang
kemungkinan besar menjurus ke kenakalan remaja.
2. Pergaulan
Teman
dan sahabat merupakan suatu kebutuhan karena merekalah yang dapat
mengerti kita.Tanpa kita sadari mereka juga bisa menjerumuskan kita ke
dalam hal-hal yang buruk..
3. Remaja Itu Sendiri
Saat
kita beranjak dwasa banyak hal-hal baru yang belum kita ketahui.Oleh
karenanya banyak remaja yang ingin mencari tahu sendiri bagaima sih
rasanya??? Rasa keingin tahuan remaja merupakan saat puncak di mana
seorang anak beranjak menjadi dewasa.
Contoh dari
kenakalan remaja, banyak remaja yang mencontoh cara berpakaian
kebarat-baratan hingga meniru pergaulan bebas orang barat yang sering
mereka lihat di TV atau dari internet. Dan juga banyak remaja yang
sangat ingin tahu terhadap video porno yang jaman sekarang sudah banyak
tersebar melalui handphone, internet atauupun yang lainnya.Akhirnya
mereka melakukan seks bebas.Hingga tak jarang dari mereka hamil di luar
nikah.
Tawuran juga marak dilakukan oleh remaja jaman
sekarang. Tak jarang tawuran hanya dipicu hal yang sepele. Hal-hal yang
sebenarnya hanya salah paham semata, akibatnya kerusakan-kerusakan
banyak terjadi.
REMAJA DAN ROKOK
Di
masa modern ini, merokok merupakan suatu pemandangan yang sangat tidak
asing. Kebiasaan merokok dianggap dapat memberikan kenikmatan bagi si
perokok, namun dilain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si
perokok sendiri maupun orang – orang disekitarnya. Berbagai kandungan
zat yang terdapat di dalam rokok memberikan dampak negatif bagi tubuh
penghisapnya.
Beberapa motivasi yang melatarbelakangi seseorang
merokok adalah untuk mendapat pengakuan (anticipatory beliefs), untuk
menghilangkan kekecewaan (reliefing beliefs), dan menganggap
perbuatannya tersebut tidak melanggar norma ( permissive beliefs/
fasilitative) (Joewana, 2004). Hal ini sejalan dengan kegiatan merokok
yang dilakukan oleh remaja yang biasanya dilakukan didepan orang lain,
terutama dilakukan di depan kelompoknya karena mereka sangat tertarik
kepada kelompok sebayanyaatau dengan kata lain terikat dengan
kelompoknya.
Penyebab Remaja Merokok :
1. Pengaruh 0rangtua
Salah
satu temuan tentang remaja perokok adalah bahwa anak-anak muda yang
berasal dari rumah tangga yang tidak bahagia, dimana orang tua tidak
begitu memperhatikan anak-anaknya dan memberikan hukuman fisik yang
keras lebih mudah untuk menjadi perokok dibanding anak-anak muda yang
berasal darilingkungan rumah tangga yang bahagia.
2. Pengaruh teman
Berbagai
fakta mengungkapkan bahwa semakin banyak remaja merokok maka semakin
besar kemungkinan teman-temannya adalah perokok juga dan demikian
sebaliknya. Dari fakta tersebut ada dua kemungkinan yang terjadi,
pertama remaja tadi terpengaruh oleh teman-temannya atau bahkan
temanteman remaja tersebut dipengaruhi oleh diri remaja tersebut yang
akhirnya mereka semua menjadi perokok. Diantara remaja perokok terdapat
87% mempunyai sekurang-kurangnya satu atau lebih sahabat yang perokok
begitu pula dengan remaja non perokok (Al Bachri, 1991)
3. Faktor Kepribadian
Orang
mencoba untuk merokok karena alasan ingin tahu atau ingin melepaskan
diri dari rasa sakit fisik atau jiwa, membebaskan diri dari kebosanan.
Namun satu sifat kepribadian yang bersifat prediktif pada pengguna
obat-obatan (termasuk rokok) ialah konformitas sosial. Orang yang
memiliki skor tinggi pada berbagai tes konformitas sosial lebih mudah
menjadi pengguna dibandingkan dengan mereka yang memiliki skor yang
rendah.
4. Pengaruh Iklan
Melihat iklan di media massa dan elektronik yang menampilkan gambaran
bahwa perokok adalah lambang kejantanan atau glamour, membuat remaja
seringkali terpicu untuk mengikuti perilaku seperti yang ada dalam iklan
tersebut.
Perkelahian,
atau
yang sering disebut tawuran, sering terjadi di antara pelajar. Bahkan
bukan “hanya” antar pelajar SMU, tapi juga sudah melanda sampai ke
kampus-kampus. Ada yang mengatakan bahwa berkelahi adalah hal yang wajar
pada remaja.
Di kota-kota besar seperti Jakarta,
Surabaya, dan Medan, tawuran ini sering terjadi. Data di Jakarta
misalnya (Bimmas Polri Metro Jaya), tahun 1992 tercatat 157 kasus
perkelahian pelajar. Tahun 1994 meningkat menjadi 183 kasus dengan
menewaskan 10 pelajar, tahun 1995 terdapat 194 kasus dengan korban
meninggal 13 pelajar dan 2 anggota masyarakat lain. Tahun 1998 ada 230
kasus yang menewaskan 15 pelajar serta 2 anggota Polri, dan tahun
berikutnya korban meningkat dengan 37 korban tewas. Terlihat dari tahun
ke tahun jumlah perkelahian dan korban cenderung meningkat. Bahkan
sering tercatat dalam satu hari terdapat sampai tiga perkelahian di tiga
tempat sekaligus.
DAMPAK PERKELAHIAN PELAJAR
Jelas
bahwa perkelahian pelajar ini merugikan banyak pihak. Paling tidak ada
empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar. Pertama, pelajar
(dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami
dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas. Kedua,
rusaknya fasilitas umum seperti bus, halte dan fasilitas lainnya, serta
fasilitas pribadi seperti kaca toko dan kendaraan. Ketiga, terganggunya
proses belajar di sekolah. Terakhir, mungkin adalah yang paling
dikhawatirkan para pendidik, adalah berkurangnya penghargaan siswa
terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para
pelajar itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif
untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan
apa saja agar tujuannya tercapai. Akibat yang terakhir ini jelas
memiliki konsekuensi jangka panjang terhadap kelangsungan hidup
bermasyarakat di Indonesia.
Berikut contoh beberapa kenakalan yang sering dilakukan remaja di Indonesia :
Bolos Sekolah
Suka Terlambat
berbohong kepada ortu
berkelahi dengan teman
tidak menurut dengan guru
Nonton majalah atau video porno
Main game berlebihan
Judi kecil-kecilan
dan masih banyak lagi contoh yang lain…
Yang
paling penting adalah jangan sampai kenakalan itu berimbas ke cerita
negatif. Sebagai orang tua kita harus memahami bagaimana perasaan dan
kondisi mereka. Contoh jangan bandingkan dengan masa remaja anda 20
tahun yang lalu. Dunia sudah terlalu berubah di waktu sesingkat itu.
Arikel Kenakalan Remaja
Bahaya Narkoba
Penyalahgunaan
narkotika dan obat-obatan terlarang dikalangan generasi muda tersebut,
dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian hari.
Karena remaja sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa,
semakin semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur saraf.
Sehingga para remaja tersebut tidak dapat berfikir jernih. Akibatnya
generasi harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal
kenangan. Sasaran dari penyebar narkoba kaum muda atau remaja. Usia
sekitar 11 sampai 24 tahun.
Penyebab Narkoba
Rasa penasaran ingin mencoba narkoba
Keinginan untuk mengikuti trend atau gaya hidup
Keinginan untuk diterima oleh lingkungannya
Menghindari permasalahan hidup
Narkoba mudah di dapatkan dan harganya relatif murah.
Rasa ingin tahu tanpa sadar terhadap akibatnya
Defresi yang cukup besar akibat keluarga, teman, ataupun masyarakat.
Dampak Narkoba
Ø GANGGUAN KESEHATAN FISIK/TUBUH
Kerusakan organ vital. termasuk otak, jantung, paru-paru, hati, dan ginjal.
Keracunan
Gejala putus obat. Seperti mual, impotensi .
Menurunkan kualitas berfikir dan daya ingat
Dapat terjangkit hepatisis dan HIV/AIDS
Apabila mengalami over dosis dapat menimbulkan kematian.
Ø GANGGUAN KEJIWAAN/MENTAL
Menyebabkan depresi mental
Menyebabkan gangguan jiwa berat/psikotik
Menyebabkan bunuh diri
Menyebabkan melakukan tindak kejahatan, kekerasan, dan pengerusakan.
Jenis-Jenis Narkoba
— NARKOTIKA
Diantaranya : Putaw (Heroin), Ganja (Kanabis), Kokain, Morfin, Hashish, dan Opium
— PSIKOTROPIKA
Diantaranya : Ekstasi, Shabu-shabu, pil BK, Megadon, Valium, Madrax
— ZAT ADIKTIF LAINNYA
Diantaranya : Alkohol, Spiritus, Bensin, Lem, Thiner (pelarut cat) dan Toluena.
62,7 Persen Siswi SMP Tidak Perawan!
Posted by KabarNet pada 27/02/2012
Jakarta
– KabarNet: Perang melawan kemaksiatan di negeri ini tampaknya masih
belum akan usai. Betapa tidak, hasil survei yang yang diselenggarakan
oleh Komisi Nasional Perlindungan Anak (KOMNAS-PA) baru-baru ini
mengungkapkan bahwa sebanyak 62,7 persen siswi SMP sudah pernah
melakukan hubukan seks pra-nikah, alias tidak perawan. Sementara 21,2
persen dari para siswi SMP tersebut mengaku pernah melakukan aborsi
ilegal. Dari survei yang diselenggarakan KOMNAS-PA tersebut terungkap
bahwa tren perilaku seks bebas pada remaja Indonesia tersebar secara
merata di seluruh kota dan desa, dan terjadi pada berbagai golongan
status ekonomi dan sosial, baik kaya maupun miskin.
Data
tersebut diperoleh berdasarkan survei oleh Komisi Nasional Perlindungan
Anak (KOMNAS-PA) yang dikumpulkan dari 4.726 responden siswa SMP dan
SMA di 17 kotabesar. Berdasarkan data tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) Komisi IX mendesak Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) agar segera meningkatkan sosialisasi program pemerintah
yang disebut Program Penyiapan Kehidupan Berkeluarga bagi Remaja (PKBR)
kepada siswa-siswi di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
“Ini
dilakukan sebagai antisipasi meningkatnya perilaku seks bebas pada
remaja yang saat ini sudah sangat mengkhawatirkan. Pemerintah harus
meningkatkan program sosialisasi yang berkaitan dengan kesehatan
reproduksi remaja,” tutur anggota Komisi IX DPR-RI, Herlini Amran, di
Jakarta, pada hari Kamis (23/2/2012).
Temuan KOMNAS-PA tersebut
akan membuat miris para orang tua yang membacanya secara detail. Dalam
hal ini KOMNAS-PA melaporkan temuannya bahwa 97% remaja SMP dan SMA
mengaku pernah menonton film porno, dan 93,7% dari para remaja itu
mengaku pernah melakukan berbagai macam adegan intim tanpa penetrasi.
Oleh sebab itu Komisi IX DPR melihat bahwa pemerintah perlu meningkatkan
adanya Pusat Informasi dan Konseling (PIK) untuk remaja di
daerah-daerah dan harus terus dilakukan pemantauan dari waktu ke waktu.
Lebih
lanjut lagi, Herlini Amran menyampaikan pendapatnya, bahwa jika tidak
segera dilakukan antisipasi terhadap kasus ini, maka dikhawatirkan akan
berisiko besar bagi masalah kependudukan di Indonesia yang selanjutnya
akan memicu timbulnya generasi bangsa Indonesia dengan kualitas rendah.
Dari
data temuan KOMNAS-PA tersebut bisa diambil suatu kesimpuan bahwa tren
perilaku seks bebas di kalangan remaja Indonesia mengalami peningkatan
dari waktu ke waktu. Hal itu terlihat dari data BKKBN tentang Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia pada tahun 2002-2003, dimana
dilaporkan bahwa remaja yang mengaku memiliki teman yang pernah
berhubungan seksual sebelum menikah pada usia 14-19 tahun, saat itu
masih pada angka 34,7 persen untuk remaja putri dan 30,9 persen remaja
putra. Sedangkan temuan terakhir di atas sudah menunjukkan peningkatan
sampai menyentuh angka 93,7 persen. Sebuah tren peningkatan perilaku
seks bebas yang mengkhawatirkan di kalangan remaja Indonesia.
Sementara
itu, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga BKKBN,
Sudibyo Alimoeso, mengakui bahwa saat ini masalah perilaku seks bebas
dikalangan remaja tergolong kompleks dan sangat mengkhawatirkan. Hal
ini, menurutnya, dipicu oleh kurangnya pengetahuan akan kesehatan
reproduksi dan perilaku seksual yang benar.
Lebih lanjut Sudibyo
menyatakan, berdasarkan data yang dikumpulkan oleh Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia (PKBI) tahun 2006, diperoleh temuan bahwa remaja
yang mengaku pernah melakukan hubungan seks pra nikah adalah remaja
berusia antara 13 sampai 18 tahun. Dari data tersebut sebanyak 60% dari
para remaja itu mengaku tidak menggunakan alat kontrasepsi saat
berhubungan intim dan mengaku melakukannya di rumah sendiri.